Selasa, 25 Januari 2011

Singa Bosnia


"Singa Bosnia: Sejarah Divisi SS Handschar, 1943-45"

Penulis : Ilai Benino
Halaman : iv + 96 halaman A-5
Penerbit : Gaco Books
ISBN : 978-602-95577-0-1
Harga Rp. 38.000


Pembentukan

Pada masa Perang Dunia II, setelah menaklukkan Yugoslavia, Hitler menempatkan Bosnia-Hercegovina di bawah Negara Kroasia Merdeka. Negara boneka Nazi itu diperintah oleh seorang tokoh yang lalim, Ante Pavelic, kepala organisasi teroris Ustasa. Pada mulanya, banyak tokoh Muslim Bosnia mendukung NDH dan mendapatkan sejumlah jabatan tinggi dalam pemerintahan Pavelic, termasuk kursi wakil presiden. Ribuan pemuda Muslim juga bergabung dengan angkatan bersenjata Kroasia dan berbagai milisi Ustasa.
Namun pembersihan etnis yang dilakukan rezim Ustasa terhadap komunitas Serbia yang hidup di negara boneka Kroasia mengubah keadaan tersebut. Keterlibatan kaum Muslim dalam pemerintahan Ustasa dan kebijakan pembersihan etnisnya membuat komunitas Muslim (dan Kroasia) menjadi sasaran serangan brutal dari gerilyawan Serbia. Pada gilirannya, untuk menyelamatkan komunitasnya, sejumlah tokoh Muslim meminta Hitler untuk memisahkan Bosnia-Hercegovina dari negara boneka Kroasia dan menjadikannya sebuah protektorat Nazi. Sebagai imbalannya, para pemuda Muslim menjadi relawan dalam angkatan bersenjata Jerman Nazi.
Hitler mengabaikan permintaan mereka untuk menjadikan Bosnia-Hercegovina sebagai protektorat Nazi, namun bersedia menampung keinginan para pemuda Muslim untuk bergabung dengan angkatan perangnya. Kebencian tradisional kaum Muslim terhadap orang Kristen Serbia serta kaum komunis dipandangnya sebagai alat yang berguna untuk memerangi kaum Partisan pimpinan Tito yang didominasi oleh orang Serbia. Akhirnya, pada bulan Februari 1943, Hitler memerintahkan pemimpin SS Himmler untuk merekrut kaum Muslim Bosnia ke dalam sebuah divisi Waffen-SS.
Sekalipun dihalangi oleh rezim Pavelic, yang menganggap sebagai dorongan bagi gerakan separatis Muslim, perekrutan dimulai pada bulan Maret 1943. Pihak SS menggunakan Mufti Besar Yerusalem yang pro-Nazi untuk mendorong kaum Muslim Bosnia agar bergabung dengan Waffen-SS untuk memerangi ancaman “Yahudi-Bolshevik”. Usaha perekrutan awal menghasilkan 8.000 orang sukarelawan. Namun karena jumlah itu tidak memadai untuk mengawaki sebuah divisi, Himmler kemudian menekan pemerintah Ustasa agar mentransfer kaum Muslim yang bertugas dalam angkatan perang Kroasia ke Waffen-SS serta mengadakan wajib militer terhadap kaum Muslim. Akhirnya, divisi yang dinamakan 13.Waffen-Gebirgsdivision der SS ‘Handschar’ itu memiliki sekitar 21.000 orang anggota, di mana 90 persen adalah orang Muslim—termasuk beberapa ratus orang Muslim Albania dari Kosovo dan Sandzak. Kepemimpinan atas divisi itu dipegang oleh para perwira serta bintara Jerman dan minoritas Jerman di Yugoslavia.
Para prajurit Muslim SS mendapatkan sejumlah hak istimewa berkaitan dengan agama mereka. Sementara unit-unit SS Jerman tidak diperkenankan memiliki pendeta militer karena sikap anti-Kristen Himmler, divisi Bosnia itu memiliki para imam Islam yang melayani kebutuhan rohani para prajurit. Mereka juga mendapatkan ransum halal dan diizinkan melakukan kegiatan agamanya. Sebagai ciri khas Muslim mereka, anggota divisi ini mengenakan tarbus (peci berjumbai) yang dimodifikasi.

Pemberontakan
Pada bulan Juli 1943, SS mengirimkan divisi itu untuk berlatih di Prancis agar jauh dari gangguan kelompok partisan. Namun kebijakan ini tidak populer. Keadaan tidak bertambah baik karena sikap arogan para instruktur Jerman. Akibatnya, pecah pemberontakan di sebuah batalyon divisi itu yang berpangkalan di Villefranche-sur-Rouergue pada bulan September 1943, yang menewaskan beberapa perwira dan bintara SS. Pemberontakan dipadamkan oleh imam batalyon serta prajurit Bosnia yang tetap setia kepada Jerman. Para pemimpin pemberontakan dieksekusi, sementara ratusan pemberontak lainnya dikirim ke barisan pekerja paksa atau kamp konsentrasi. Divisi itu sendiri kemudian dikirimkan ke Silesia, Jerman, untuk melanjutan pelatihan.

Perang anti-partisan

Pada pertengahan Februari 1944, ‘Handschar’ dikirimkan kembali ke Bosnia timur laut, di mana mereka berpangkalan di kawasan Brcko di Sungai Sava. Pada bulan Maret, mereka bertugas memerangi kaum partisan Yugoslavia sebagai bagian Korps Gunung SS ke-V bersama-sama Divisi SS ke-7 ‘Prinz Eugen’. Tidak lama setelah kedatangannya, ‘Handschar’ harus menyerahkan sebuah batalyonnya, yang terdiri atas orang Albania, untuk menjadi kader Divisi SS ke-21 ‘Skanderbeg’. Sebulan kemudian, divisi itu kembali kehilangan sejumlah besar anggotanya karena dijadikan kader inti bagi divisi SS Muslim Bosnia kedua yang hendak dibentuk, yang disebut Divisi SS ke-23 ‘Kama’.
Antara bulan Maret hingga September 1944, ‘Handschar’ dilibatkan dalam berbagai operasi anti-partisan, di mana mereka banyak melakukan kejahatan perang terjadap komunitas Serbia Bosnia. Namun saat Jerman mulai menarik diri dari Balkan setelah pembelotan Bulgaria dan Rumania, ribuan prajurit SS Bosnia melakukan desersi. Setelah kompi pengawal markas besar divisi itu melakukan desersi di bawah pimpinan imam divisi itu sendiri, Himmler yang murka memerintahkan agar semua orang Bosnia yang dicurigai tidak setia dilucuti dan dikirimkan ke barisan pekerja.

Penyerahan
Pada pertengahan Oktober, kekuatan ‘handschar’ merosot hingga seukuran resimen. Komposisi anggotanya kini lebih banyak didominasi oleh orang Jerman dan minoritas Jerman. Mereka kemudian dikirimkan ke Front Timur dan bertugas di perbatasan Hungaria-Kroasia. Selama periode ini, lima orang anggotanya memperoleh medali Knight Cross.
Setelah serangan besar-besaran Tentara Merah pada akhir Maret 1945, ‘Handschar’ mundur ke barat dan menyerah kepada pasukan Inggris di Austria pada awal Mei 1945. Tiga puluh delapan perwira dan bintara Jerman dari divisi ini kemudian diekstradisi ke Yugoslavia, di mana 10 orang dieksekusi, sementara sisanya dijatuhi hukuman penjara. Komandan kedua ‘Handschar’, SS-Gruppenfuehrer Sauberzweig bunuh diri untuk menghindari ekstradisi sementara penggantinya, SS-Brigadefuehrer Desiderius Hampel berhasil melarikan diri dari kamp tawanan Inggris.
Hanya sedikit prajurit Bosnia yang dihukum setelah berakhirnya perang. Kebanyakan di antara mereka diberikan amnesti oleh pemerintahan Tito, di mana beberapa orang kemudian bergabung dengan tentara Yugoslavia. Kebanyakan prajurit Bosnia yang enggan tinggal di negerinya yang berada di bawah pemerintahan komunis beremigrasi ke Jerman, Austria, atau Timur Tengah. Beberapa di antaranya kemudian bertugas dengan tentara Mesir dan Syria untuk memerangi orang Yahudi saat Perang Arab-Israel Pertama.

Order:
Via :sahabatbuku
YM : taro.netz
SMS : 0898 101 101 5
Harga belum termasuk ongkos kirim

Tidak ada komentar: